Saya bener- bener benci.
Saya lebih memilih berantem karna saya punya sifat buruk, asal jangan karna si ke-tiga
Saya lebih memilih berantem karna baju saya kurang sopan, asal jangan karna si ke-tiga
Saya lebih memilih beramtem karna kamu lupa sms saya karna sibuk, asal jangan karna si ke-tiga
Saya lebih memilih berantem karna kamu ketus sama saya, asal jangan karna si ke-tiga
Berapa kali saya harus sakit? tak hingga juga ngga apa-apa. Tolong, asal jangan karna si ke-tiga.
Berapa kali saya pucat sampai ngga kuat berdiri? sampai pandangan
saya hitam semua juga ngga apa-apa, Ampun, asal jangan karna si ke-tiga.
Mungkin saya bukan se-sempurna yang kamu pengen, saya mau berubah.. asal jangan ada si ke-tiga.
Sayangnya ini cerita tentang si ke-tiga..
“maaf” bukan kata yang saya pengen denger lagi “janji” juga bukan kata yang pengen saya denger.
Berhenti mengatakan gentle dan hebat ketika kau bisa “jujur” bahwa si
ke-tiga ada. Jujur bukan berarti mengaku setelah berbohong, bukan.
bukan itu.
Jangan pernah “jujur” untuk menutupi semua “salah” atau bahkan “sebuah” salah.
Setelah berapa lama beku, terus cair karna “1 kesempatan lagi” yang kamu janjikan, then you broke it (again).
Thats why i never believe to word called “janji”—————————————————
Yasudahlah se, jangan pernah mengotori hati dan mulutmu cuma karna sakitnya kecewa, percayalah Allah akan mengganti sesuatu yang Ia ambil darimu dengan sesuatu yang lebih baik lagi.
Cemburu itu bagian dari cinta yang dalam ya se'?
BalasHapus